Pernah dengan dengan frasa viral marketing? Tren ini cukup marak dilakukan oleh generasi muda dimulai dari Millennial hingga generasi Z. Strategi marketing ini mengkombinasikan teknik pemasaran konvensional dan social media marketing. Pada dasarnya, viral marketing menyebarkan informasi mengenai produk melalui metode word of mouth dari P2P (person to person) baik via internet atau email, lebih umumnya sosial media. Strategi pemasaran ini berfokus kepada memberikan informasi pada sanak keluarga, teman dan individu lain yang dinilai memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi konsumen produk tersebut.
“viral” yang berarti sesuatu yang menyebar secara cepat diantara audiensnya.
Strategi ini banyak digunakan semenjak bisnis online mulai merajalela di industri retail terlebih lagi bagi industri B2C (Business to Consumer) yang memiliki online platform. Hal ini juga didukung dengan bertumbuhnya banyak saluran sosial media seperti Youtube, Twitter, Instagram, Snapchat dan Facebook.
Salah satu contoh penggunaan viral marketing yang dikenal oleh banyak orang adalah Ice Bucket Challenge yang dipopulerkan melalui media sosial seperti Instagram dan Youtube. Kampanye ini dilakukan untuk meningkatkan awareness pada ALS dan mendapatkan perhatian global secara menyeluruh. Namun tentu saja, seperti hal lainnya, sesuatu yang diviralkan harus memiliki tujuan pasti untuk bisa disebarkan secara menyeluruh oleh para netizen. Maka dari itu, pengaplikasian viral marketing ini tidak semudah yang dilihat dan masih ada potensi gagal sehingga bisa merugikan perusahaan.
Viral marketing ini menggunakan aplikasi dari social media marketing baik sebagai medium maupun mesin riset sumber database target konsumen yang hendak kamu tuju. Pastikan konten yang hendak kamu sebar cocok dengan target konsumenmu, mudah dan meanrik sehingga penyebaran terjadi secara alami dan akan mengahasilkan sudiens yang organic.. Nah bagaimana tertarik untuk mencoba?